Alkisah disebuah desa,
tinggallah seorang petani yang miskin, istrinya serta enam anaknya disebuah
rumah yang sangat sederhana, yang hanya punya satu ruangan untuk dihuni. Pada suatu ketika sang petani merasa sesak
sekali dan tidak dapat bertahan hidup seperti itu. Atas saran istrinya,
dia menjumpai gurunya, seorang Master Zen yang terkenal sangat bijaksana yang
tinggal di gunung tidak jauh dari desa tersebut.
Singkat cerita sang petani pun
bertemu dengan sang guru serta menceritakan semua masalah-masalahnya. Sang guru
lantas menjawab, "Aku akan memberi nasihat yang akan membuat hidup kamu
lebih baik. Tapi apakah kamu mau melakukannya tanpa terkecuali dan meragukannya?
Hanya patuh tanpa bertanya mengapa?". Sang
petani pun menyanggupinya serta menyatakan kesiapannya. "Baiklah, kamu ada hewan apa aja di
rumah?" Tanya sang guru.
Petani itu menjawab,
"Sapi, kambing, dan beberapa ekor ayam". "Bagus! Ketika kamu pulang nanti, masukkan
semua binatang itu ke dalam rumah dan tinggallah bersama hewan-hewan
tersebut," kata sang guru.
Sang petani kaget mendengar
saran ini. Namun karena dia terlanjur janji akan menjalankannya, dia pun pulang
dan segera menjalankan nasiehat gurunya.
Pagi harinya, si petani
berlari menjumpai sang guru. "Aduh Guru, saya sudah mengikuti saran itu,
tapi rumahku sungguh sangat kacau!". Sang
guru menyimak sabar, lalu katanya, "Taruhlah ayah-ayam kamu di luar
rumah."
Sang petani pun pulang. Keesokan
harinya dia kembali lagi ke sang guru. "Guru, memang ayam-ayam itu sudah
menghilang. Tapi kambingnya menyeruduk semua perabotan rumah dan mencoba memakan
semua yang dilihatnya." Sang
guru segera menjawab, "Oh baiklah, kalau begitu keluarkan
kambing."
Keesokan paginya, petani itu
berlari melaporkan keadaan. "Guru, kami sekeluga serasa tinggal di kandang
hewan dengan adanya sapi. Apakah memang manusia bisa hidup bersama dengan hewan
seperti itu?". Sang
guru berkata dengan bijak, "Anakku, kamu benar. Pulanglah segera, dan
keluarkan sapi tersebut. Semoga
karma baik menyertaimu." Keesokan harinya, petani itu berseru senang.
"Oh Guru," katanya dengan senyum yang lebar serta cerah. "Kita
sekarang mempunyai kehidupan yang luar biasa. Rumah menjadi tenang
dan rasanya lega sekali tanpa hewan di dalam rumah. Betapa bahagianya kami
semua."
Dari
cerita di atas memberikan pencerahan kepada kita. Di
dalam hidup ini, kepuasan dan kebahagian sesungguhnya
terjadi
ketika kita mengerti bagaimana kita dapat atau mampu mensyukuri apa yang ada. Kehidupan manusia itu tidak
ada yang sempurna. Ketika kita hanya melihat kekurangan serta seluruh situasi
negatif di dalam hidup kita maka kita tidak akan pernah puas dengan hidup kita.
Lihatlah situasi hidup kita dengan kacamata positif. Maka kita akan bahagia. Itulah
kepuasan hidup. Keberhasilan
identik dengan kepuasan.
Sekalipun hidup kita
barangkali penuh dengan kegagalan, ingatlah bahwa sekalipun kita gagal
sesungguhnya kita berhasil untuk mengetahui mengapa kita gagal dan memacu
semangat kita kembali untuk dapat berhasil di kemudian hari.
Ingatlah selalu bahwa
kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Dengan demikian kita tidak
berlama-lama merenungi nasib. Kita pun akan bangkit segera untuk menggapai hari
esok yang lebih baik.
Sungguh sulit untuk bisa puas
dengan hidup ini, jika kita tidak pernah puas dengan diri kita. Sebab itu,
mulailah dulu di depan cermin katakan pada diri sendiri. “Aku puas dengan apa
yang aku perjuangkan selama ini dan akan terus berjuang untuk hidup lebih baik lagi.
Semoga bermanfaat