Brahmavihara adalah empat keadaan batin yang luhur, dan mulia. Empat keadaan batin seperti keadaan batin para brahma atau dewa, karena itu disebut dengan brahma vihara. Brahma vihara ini juga sering disebut sebagai catur paramita atau empat sifat luhur. Emapt sifat luhur ini adalah Metta, Karuna, Mudita, dan Upaksa.
Metta artiya cinta kasih,
yaitu cinta kasih tanpa niat untuk memiliki. Jika cinta kasih ini diwujudkan
dalam pikiran, pikirannya selalu mengharapkan orang lain berbahagia, sehat,
panjang umur. Jika misalnya suatu ketika kita melihat teman memiliki mainan
yang bagus, kita berdoa semoga teman kita berbahagia tanpa niat ingin memiliki.
Pikiran yang demikian itulah disebut pikiran penuh dengan metta. Jika cinta
kasih (metta) ini diwujudkan dalam ucapan kepada teman, ucapannya menjadi
benar, baik, dan sopan tanpa disertai niat terselubung. Metta adalah mencintai
tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan. Jika kita berbuat baik masih
mengharapkan imbalan, bukanlah metta. Perbuatan yang didasari cinta kasih
menyebabkan perbuatan tersebut baik, benar, dan tidak menimbulkan kekecewaan
bagi pembuat maupun yang menerima. Misalnya, ketika kita membantu ibu mencuci
piring, hendaknya jangan karena ingin diberi upah atau ingin dipuji, tetapi
semata-mata ingin meringankan beban kerja ibu. Demikian juga ketika kita
menghormat kepada bapak dan ibu guru, jangan karena ingin disayang mereka atau
dipuji mereka, tetapi hendaknya dilakukan karena sadar bahwa sebagai siswa,
sudah selayaknya menghormati guru.
Karuna artinya welas asih,
yaitu kesadaran ikut merasakan penderitaan orang lain dan hasrat untuk
meringankan penderitaan tersebut. Welas asih muncul sebagai sebuah perasaan
ikut merasakan penderitaan orang lain dan terdorong untuk menolongnya.
Penderitaan yang dialami orang lain adalah sumber timbulnya kasih sayang dan
mendorong kita bertindak untuk meringankan penderitaannya.
Mudita adalah rasa bahagia atas
keberhasilan orang lain. Mudita sering diartikan sebagai simpati, yaitu senang
ketika orang lain senang. Mudita berfungsi untuk melenyapkan sifat iri hati
yang ada di dalam hati. Mudita dapat muncul ketika seseorang mampu merasakan
kesejahteraan orang lain. Tetapi, mudita sulit muncul karena dihalangi oleh
sifat iri hati dalam hati, karena itu orang yang suka iri hati, mudita sulit
muncul dalam hatinya. Mudita mencegah welas asih berubah menjadi kesedihan
karena melihat penderitaan. Mudita mencegah hati kita tenggelam dalam
penderitaan sehingga mengacuhkan yang lain. Mudita melegakan tekanan batin,
meredakan sakit akibat sedih dan iri hati. Mudita mencegah welas asih berubah
menjadi pikiran murung tanpa tujuan. Perasaan sedih hanya sia-sia, melemahkan
batin, dan menguras energi hati dan pikiran. Mudita berperan untuk
mengembangkan welas asih menjadi perasaan simpatik yang aktif.
Upekkha artinya keseimbangan batin. Upekkha memiliki banyak pengertian, yaitu pertimbangan yang lurus, pandangan yang adil atau tidak berat sebelah, memandang dengan benar dan tidak memihak, berpikiran setara kepada semua makhluk. Batin yang seimbang adalah batin yang tidak tergoda oleh pujian, maupun celaan. Orang yang memiliki upekkha mampu bersikap tenang dalam segala situasi. Misalnya, Pandu suatu ketika difitnah oleh temannya yang iri hati. Ia dituduh mencontek dan dilaporkan kepada gurunya. Menghadapi hal itu, Pandu tetap tenang seimbang tidak marah kepada yang menfitnah karena semua orang tahu bahwa Pandu tidak mencontek. Pandu justru kasihan kepada temannya yang menfitnah, ia menjadi tidak punya teman karena perilakunya yang buruk. Ketika masalah tersebut diperiksa oleh guru, ternyata benar Pandu tidak bersalah. Hal itu terjadi karena taman Pandu tidak senang, ia tidak dibantu ketika mengalami kesulitan belajar. Dengan ketenangan, masalah dapat terselesaikan dengan baik. Teman Pandu sadar dari kesalahannya dan Pandu makin peduli kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar.