Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Cara Menghadapi Nasib

Nasib baik atau keberuntungan jarang sekali mendatangi orang-orang yang malas dan yang sangat kurang keahlian. Akan tetapi ia akan menghampiri orang yang pitar, cerda, giat bekerja, rajin dan penuh semangat. Keberuntungan, sebagaimana yang didefinisikan oleh para pakar psikologi adalah perjumpaan antara kesempatan yang bagus dengan persiapan yang baik.

Manusia yang baik dan berakal akan menyelesaikan tugas dengan amanah dan dengan hasil yang sesempurna mungkin, bermodalkan usaha, kemampuan serta semangat kerja, kesungguhan dan pengorbanan.

Dengan demikian maka, semua orang pasti akan memetik buah dari apa yang telah dilakukannya. Cita-cita dan impian tidak akan terwujud, kecuali dengan perjuangan dan kerja keras.

Nasib baik akan datang kepada kita apabila kita memiliki kemampuan, cerdas, pintar, rajin dan penuh semangat tidak mudah putusasa. Oleh karena itu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Ayunkan kapak kesungguhan di bumi impian kita, sehingga ia akan memberikan buah kesuksesan dan kebahagiaan kepada kita.

Janganlah menunggu pemberian nasib atau nasib baik datang kepada kita. Karena, mungkin ia akan datang terlambat atau bahkan tidak datang untuk selama-lamanya. Janganlah juga menangisi nasib, karena nasib baik maupun jelek akan datang silih berganti, tinggal bagaimana kita menari atau bermain diatasnya. hadapilah segalanya dengan semangat. Inilah cara menghadapi nasib yang kita alami.

Ingat ajaran Buddha tentang tilakkhana yaitu segala sesuatu yang terbentuk (sankhara) bersifat sementara dan terus berubah atau tidak kekal. Tidak ada yang abadi, semuanya mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, perubahan, dan kematian. Segala yang berkondisi tidak kekal dan selalu berubah, sehingga membawa ketidakpuasan dan penderitaan. Segala sesuatu yang kita alami, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, pada akhirnya akan silih berganti dan menyebabkan penderitaan. Yang kita sebut "diri" juga sebenarnya hanyalah kumpulan dari lima kelompok (skandha) yang terus berubah. Kepercayaan pada "diri" yang kekal adalah sumber dari penderitaan.

Semoga bermanfaat