Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Ingin Bahagia Jangan Melekat

Berpisah dengan yang dicintai adalah konsekuensi kehidupan yang harus diterima oleh semua orang. Ini terjadi pada semua orang yang mau tidak mau harus bisa menerimanya karena disebabkan oleh kenyataan hidup seprti anak harus pergi kuliah di Kabupaten, Kota, atau Provinsi lain, dikarenakan pekerjaan, karena anak sudah menikah atau berkeluarga, dan lain sebagainya. Inilah hukum kebenaran yang termasuk dalam delapan kondisi yang tidak menyenangkan.

Sebenarnya hidup ini adalah untuk belajar dan mengambil pembelajaran. Kenyataan yang terjadi, walaupun sangat tidak diinginkan, harus segera diterima, jika tidak maka penderitaan akan berkepanjangan dan waktu penyadarannya akan sangat lama. Ingatlah setiap manusia pasti menghadapi hukum kebenaran ini, bukan saya saja, bukan anda saja, tapi semuanya. Belajarlah bahwa kehilangan itu adalah hal yang biasa dalam kehidupan.

Sebagaimana kisah Tissa yang suatu saat seorang Thera bernama Tissa tinggal di Savatti. Pada suatu hari, ia menerima seperangkat jubah yang bagus dan merasa sangat senang. Ia bermaksud mengenakan jubah tersebut keesokan harinya. Tetapi pada malam hari ia meninggal dunia. Karena melekat pada seperangkat jubah yang bagus itu, ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal di dalam lipatan jubah. Karena tidak ada orang yang mewarisi benda miliknya, diputuskan bahwa seperangkat jubah tersebut akan dibagi bersama oleh bhikkhu-bhikkhu yang lain.

Ketika para bhikkhu sedang bersiap untuk membagi jubah di antara mereka, si kutu sangat marah dan berteriak, “Mereka sedang merusak jubahku!” Teriakan ini didengar oleh Sang Buddha dengan kemampuan pendengaran luar biasa Beliau. Maka Beliau mengirim seseorang untuk menghentikan para bhikkhu, dan memberi petunjuk kepada mereka untuk menyelesaikan masalah jubah itu setelah tujuh hari. Pada hari ke delapan, seperangkat jubah milik Tissa Thera itu dibagi oleh para bhikkhu.

Kemudian Sang Buddha ditanya oleh para bhikkhu, mengapa Beliau menyuruh mereka menunggu selama tujuh hari sebelum melakukan pembagian jubah Tissa Thera. Kepada mereka, Sang Buddha berkata, “Murid-murid-Ku, pikiran Tissa melekat pada seperangkat jubah itu pada saat dia meninggal dunia, dan karenanya ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal dalam lipatan jubah tersebut. Ketika engkau semua bersiap untuk membagi jubah itu, Tissa, si kutu akan merasa sangat membencimu dan ia akan terlahir di alam neraka (niraya). Tetapi sekarang Tissa telah bertumimbal lahir di alam dewa Tusita, dan sebab itu, Aku memperbolehkan engkau mengambil jubah tersebut. Kemudian Sang Buddha membabarkan Syair 240 berikut: Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri, begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk akan menjerumuskan pelakunya ke alam kehidupan yang menyedihkan.

Dalam Dhammapada, Syair 214 juga disampaikan: dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan, bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan. Dari uraian di atas maka mari kita jangan melekat agar terbebas dari penderitaan. Kemelekatan adalah salah satu penyebab penderitaan yang tidak berkesudahan. Dengan demikian maka ingin bahagia jangan melekat. Demikian semoga bermanfaat