Khujjuttara jauh di masa lampau
adalah seorang pelayan di istana Raja Brahmadatta di Baranasi sebelum kehidupan
masa Buddha Gotama, setelah Pencerahan Buddha Kassapa. Sang Buddha menceritakan
kehidupan masa lalu Khujjuttara.
(1) Saat delapan Pacceka Buddha
di mana salah seorang di antara mereka bertubuh bungkuk datang ke istana Raja
Brahmadatta untuk menerima dana makanan. Pelayan termasuk Khujjuttara
menempatkan beras di mangkuk emas dan mengenakan syal merah pada bahu mereka,
mempersembahkan dana makanan. Ketika mereka selesai menawarkan, Khujjuttara
memegang mangkuk emas sebagai sedekah-mangkuk, mengenakan selendang merah
seperti sebuah jubah, pergi ke depan dan mengolok-ngolok, menirukan penampilan
Pacceka Buddha tersebut sehingga semua orang tertawa. Itu sebabnya, karena dia
telah membuat olok Pacceka Buddha, ia menjadi bungkuk sejak lahir.
(2) Alasan mengapa ia begitu
cerdas adalah sebagai berikut: Suatu hari ketika delapan Pacceka Buddha datang
ke istana untuk menerima dana makanan, di mana mereka masing-masing menerima
dana semangkuk penuh, dan masih panas. Ketika Khujjuttara melihat keadaan ini,
dia langsung melepas delapan gelang gading miliknya kepada para Pacceka Buddha
dengan fungsi sebagai alas mangkuk dana untuk mengurangi panas. Jadi karena dia
cekatan menggunakan kecerdikannya dengan menawarkan gelang gading sebagai alas
mangkuk untuk mengurangi panas dari tangan Pacceka Buddha, dalam kehidupan
sekarang dia menjadi sangat cerdas dan langsung menguasai Dhamma yang
dikhotbahkan dari Sang Buddha.
(3) Mengapa Khujjuttara menjadi
Sotapanna demikian cepat adalah karena ketika Pacceka Buddha datang ke istana
ia melakukan tugas-tugas yang diperlukan dengan sikap bakti penuh hormat. Karena kebajikan ini ia menjadi Sotapanna
saat khotbah Dhamma diberikan oleh Sang Buddha saat upacara persembahan dana
makanan oleh Sumana, penjual bunga.
(4) Mengapa Khujjuttara menjadi
pembantu. Selama masa Buddha Kassapa, Khujjuttara adalah putri seorang hartawan
di Baranasi. Suatu malam ia merias dirinya di depan cermin. Pada saat itu
seorang bhikkhuni Arahat, yang bersahabat dengan dia datang ke tempatnya. Putri
orang kaya itu meminta bhikkhuni arahat tersebut untuk mengambil beberapa
peralatan riasnya. Sang bhikkhuni arahat berpikir, "Jika saya tidak
mengambilkan hal-hal yang dia minta, dia akan marah dan mendendam dan akibat yang
akan membawanya pergi ke alam neraka niraya. Sementara, jika saya melaksanakan
permintaanya, hal ini akan mengakibatkannya menjadi pelayan selama lima ratus
kehidupan dari kedua jenis hasil buruk ini, menjadi pelayan akan lebih baik
daripada terlahir di alam neraka niraya." Jadi beliau melakukan hal yang
diperintahkan oleh putri orang kaya. Sang Buddha mengatakan bahwa karena
Khujjuttara telah menyuruh sesuatu dengan kurang sopan dengan tanpa rasa hormat
kepada seorang bhikkhuni Arahat, sehingga ia menjadi pelayan selama lima ratus
kehidupan sebagai akibatnya. (Dhammapadattha 1 / 44)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Khujjuttara: (1) bungkuk sejak lahir karena mengolok-olok seorang Buddha Pacceka yang bungkuk; (2) menjadi gadis pelayan selama lima ratus kelahiran karena dia menyuruh dengan tidak sopan dengan tanpa rasa hormat kepada seorang bhikkhuni Arahat untuk melakukan sesuatu untuknya; (3) memahami Dhamma hanya dengan sekali mendengarkan adalah akibat dari kecekatannya menawarkan gelang gading miliknya sebagai alas mangkuk dana makanan sehingga mengurangi panasnya makanan di tangan Pacceka Buddha; (4) menjadi Sotapanna saat mendengarkan khotbah Dhamma adalah akibat dari melayani dengan sikap bakti penuh hormat kepada seorang Pacceka Buddha. Inilah akibat yang akan diterima apabila melakukan karma buruk sebagaimana digambarkan pada cerita Khujjuttara di atas.